Nabi Musa A.S. adalah
seorang bayi yang
dilahirkan dikalangan
Bani Isra'il yang pada
ketika itu dikuasai oleh
Raja Fir'aun yang
bersikap kejam dan
zalim. Nabi Musa bin
Imron bin Qahat bin Lawi
bin Ya'qub adalah
beribukan
Yukabad.Setelah
meningkat dewasa Nabi
Musa telah beristerikan
dengan puteri Nabi
Syu'aib yaitu
Shafura.Dalam
perjalanan hidup Nabi
Musa untuk menegakkan
Islam dalam penyebaran
risalah yang telah
diutuskan oleh Allah
kepadanya ia telah
diketemukan beberapa
orang nabi diantaranya
ialah bapa mertuanya
Nabi Syu'aib, Nabi Harun
dan Nabi Khidhir. Di sini
juga diceritakan tentang
perlibatan beberapa
orang nabi yang lain di
antaranya Nabi Somu'il
serta Nabi Daud
Catatan :~
Para ahli tafsir berselisih
pendapat tentang
Syu'aib, mentua Nabi
Musa. Sebahagia besar
berpendapat bahwa ia
adalah Nabi Syu'aib A.S.
yang diutuskan sebagai
rasul kepada kaum
Madyan, sedang yang
lain berpendapat bahwa
ia adalah orang lain yaitu
yang dianggap adalah
satu kebetulan namanya
Syu'aib juga. Wallahu
A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan
Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang
memerintah Mesir
sekitar kelahirannya
Nabi Musa, adalah
seorang raja yang zalim,
kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Ia
memerintah negaranya
dengan kekerasan,
penindasan dan
melakukan sesuatu
dengan sewenang-
wenangnya. Rakyatnya
hidup dalam ketakutan
dan rasa tidak aman
tentang jiwa dan harta
benda mereka, terutama
Bani Isra'il yang menjadi
hamba kekejaman,
kezaliman dan bertindak
sewenang-wenangnya
dari raja dan orang-
orangnya. Mereka
merasa tidak tenteram
dan selalu dalam
keadaan gelisah, walau
pun berada dalam rumah
mereka sendiri. Mereka
tidak berani mengangkat
kepala bila berhadapan
dengan seorang hamba
raja dan berdebar hati
mereka karena
ketakutan bila
kedengaran suara
pegawai-pegawai
kerajaan lalu di sekitar
rumah mrk, apalagi bunyi
kasut mrk sudah
terdengar di depan
pintu.
Raja Fir'aun yang sedang
mabuk kuasa yang tidak
terbatas itu,
bergelimpangan dalam
kenikmatan dan
kesenangan duniawi
yang tiada taranya,
bahkan mengumumkan
dirinya sebagai tuhan
yang harus disembah
oleh rakyatnya. Pd suatu
hari beliau telah terkejut
oleh ramalan oleh
seorang ahli nujum
kerajaan yang dengan
tiba-tiba dtg menghadap
raja dan memberitahu
bahwa menurut
firasatnya falaknya,
seorang bayi lelaki akan
dilahirkan dari kalangan
Bani Isra'il yang kelak
akan menjadi musuh
kerajaan dan bahkan
akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera
mengeluarkan perintah
agar semua bayi lelaki
yang dilahirkan di dalam
lingkungan kerajaan
Mesir dibunuh dan agar
diadakan pengusutan
yang teliti sehingga tiada
seorang pun dari bayi
lelaki, tanpa terkecuali,
terhindar dari tindakan
itu. Maka
dilaksanakanlah perintah
raja oleh para pengawal
dan tenteranya. Setiap
rumah dimasuki dan
diselidiki dan setiap
perempuan hamil
menjadi perhatian
mereka pada saat
melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi
tenang kembali dan
merasa aman tentang
kekebalan kerajaannya
setelah mendengar para
anggota kerajaannya,
bahwa wilayah
kerajaannya telah
menjadi bersih dan tidak
seorang pun dari bayi
laki-laki yang masih
hidup. Ia tidak
mengetahui bahwa
kehendak Allah tidak dpt
dibendung dan bahwa
takdirnya bila sudah
difirman "Kun" pasti
akan wujud dan menjadi
kenyataan "Fayakun".
Tidak sesuatu kekuasaan
bagaimana pun besarnya
dan kekuatan bagaimana
hebatnya dapat
menghalangi atau
mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali
tidak terlintas dalam
fikirannya yang kejam
dan zalim itu bahwa
kerajaannya yang
megah, menurut apa
yang telah tersirat dalam
Lauhul Mahfudz, akan
ditumbangkan oleh
seorang bayi yang
justeru diasuh dan
dibesarkan di dalam
istananya sendiri akan
diwarisi kelak oleh umat
Bani Isra'il yang
dimusuhi, dihina, ditindas
dan disekat
kebebasannya. Bayi
asuhnya itu ialah laksana
bunga mawar yang
tumbuh di antara duri-
duri yang tajam atau
laksana fajar yang timbul
menyingsing dari tengah
kegelapan yang
mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin
Qahat bin Lawi bin
Ya'qub sedang duduk
seorang diri di salah satu
sudut rumahnya menanti
dtgnya seorang bidan
yang akan memberi
pertolongan kepadanya
melahirkan bayi dari
dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah
bayi yang telah
dikandungnya selama
sembilan bulan dalam
keadaan selamat, segar
dan sihat afiat. Dengan
lahirnya bayi itu, maka
hilanglah rasa sakit yang
luar biasa dirasai oleh
setiap perempuan yang
melahirkan namun
setelah diketahui oleh
Yukabad bahwa bayinya
adalah lelaki maka ia
merasa takut kembali. Ia
merasa sedih dan khuatir
bahwa bayinya yang sgt
disayangi itu akan
dibunuh oleh orang-
orang Fir'aun. Ia
mengharapkan agar
bidan itu merahsiakan
kelahiran bayi itu dari
sesiapa pun. Bidan yang
merasa simpati terhadap
bayi yang lucu dan bagus
itu serta merasa betapa
sedih hati seorang ibu
yang akan kehilangan
bayi yang baru dilahirkan
memberi kesanggupan
dan berjanji akan
merahsiakan kelahiran
bayi itu.
Setelah bayi mencapai
tiga bulan, Yukabad
tidak merasa tenang dan
selalu berada dalam
keadaan cemas dan
khuatir terhadap
keselamatan bayinya.
Allah memberi ilham
kepadanya agar
menyembunyikan
bayinya di dalam sebuah
peti yang tertutup rapat,
kemudian membiarkan
peti yang berisi bayinya
itu terapung di atas
sungai Nil. Yukabad tidak
boleh bersedih dan
cemas ke atas
keselamatan bayinya
karena Allah menjamin
akan mengembalikan
bayi itu kepadanya
bahkan akan
mengutuskannya sebagai
salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal
kepada Allah dan
kepercayaan penuh
terhadap jaminan Illahi,
mak dilepaskannya peti
bayi oleh Yukabad,
setelah ditutup rapat
dan dicat dengan warna
hitam, terapung
dipermukaan air sungai
Nil. Kakak Musa
diperintahkan oleh
ibunya untuk mengawasi
dan mengikuti peti
rahsia itu agar diketahui
di mana ia berlabuh dan
ditangan siapa akan
jatuh peti yang
mengandungi erti yang
sgt besar bagi perjalanan
sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati
kakak Musa, ketika
melihat dari jauh bahwa
peti yang diawasi itu,
dijumpai oleh puteri raja
yang kebetulan berada di
tepi sungai Nil bersantai
bersama beberapa
dayangnya dan
dibawanya masuk ke
dalam istana dan
diserahkan kepada
ibunya, isteri Fir'aun.
Yukabad yang segera
diberitahu oleh anak
perempuannya tentang
nasib peti itu, menjadi
kosonglah hatinya
karena sedih dan cepat
serta hampir saja
membuka rahsia peti itu,
andai kata Allah tidak
meneguhkan hatinya dan
menguatkan hanya
kepada jaminan Allah
yang telah dinerikan
kepadanya.
Raja Fir'aun ketika
diberitahu oleh Aisah,
isterinya, tentang bayi
laki-laki yang ditemui di
dalam peti yang
terapung di atas
permukaan sungai Nil,
segera memerintahkan
membunuh bayi itu
seraya berkata kepada
isterinya: "Aku khuatir
bahwa inilah bayi yang
diramalkan, yang akan
menjadi musuh dan
penyebab kesedihan
kami dan akan
membinasakan kerajaan
kami y besar ini." Akan
tetapi isteri Fir'aun yang
sudah terlanjur menaruh
simpati dan sayang
terhadap bayi yang lucu
dan manis itu, berkata
kepada suaminya:
"Janganlah bayi yang
tidak berdosa ini
dibunuh. Aku sayang
kepadanya dan lebih baik
kami ambil dia sebagai
anak, kalau-kalau kelak
ia akan berguna dan
bermanfaat bagi kami.
Hatiku sgt tertarik
kepadanya dan ia akan
menjadi kesayanganku
dan kesayangmu".
Demikianlah jika Allah
Yang Maha Kuasa
menghendaki sesuatu
maka dilincinkanlah jalan
bagi terlaksananya
takdir itu. Dan
selamatlah nyawa putera
Yukabad yang telah
ditakdirkan oleh Allah
untuk menjadi rasul-Nya,
menyampaikan amanat
wahyu-Nya kepada
hamba-hamba-Nya yang
sudah sesat.
Nama Musa yang telah
diberikan kepada bayi itu
oleh keluarga Fir'aun,
bererti air dan pohon
{Mu=air , Sa=pohon}
sesuai dengan tempat
ditemukannya peti bayi
itu. Didatangkanlah
kemudian ke istana
beberapa inang untuk
menjadi ibu susuan Musa.
Akan tetapi setiap inang
yang mencuba dan
memberi air susunya
ditolak oleh bayi yang
enggan menyedut dari
setiap tetk yang
diletakkan ke bibirnya.
Dalam keadaan isteri
Fir'aun lagi bingung
memikirkan bayi
pungutnya yang enggan
menetek dari sekian
banyak inang yang
didatangkan ke istana,
datanglah kakak Musa
menawarkan seorang
inang lain yang mungkin
diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan
keluarga Fir'aun, kalau-
kalau ia mengenal
keluarga bayi itu,
berkatalah kakak Musa:
"Aku tidak mengenal
siapakah keluarga dan
ibu bayi ini. Hanya aku
ingin menunjukkan satu
keluarga yang baik dan
selalu rajin mengasuh
anak, kalau-kalau bayi
itu dpt menerima air
susu ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa
diterima oleh isteri
Fir'aun dan seketika itu
jugalah dijemput ibu
kandung Musa sebagai
inang bayaran. Maka
begitu bibir sang bayi
menyentuh tetek ibunya,
disedutlah air susu ibu
kandungnya itu dengan
sgt lahapnya. Kemudian
diserahkan Musa kepada
Yukabad ibunya, untuk
diasuh selama masa
menetek dengan imbalan
upah yang besar. Maka
dengan demikian
terlaksanalah janji Allah
kepada Yukabad bahwa
ia akan menerima
kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa
meneteknya,
dikembalikan Musa oleh
ibunya ke istana, di mana
ia di asuh, dibesar dan
dididik sebagaimana
anak-anak raja yang lain.
Ia mengenderai
kenderaan Fir'aun dan
berpakaian sesuai
dengan cara-cara Fir'aun
berpakaian sehingga ia
dikenal orang sebagai
Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi
cerita di atas di dalam
Al-Quran dari ayat 4
hingga ayat 13 dalam
surah "Al-Qashash"
sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya
Fir'aun telah berbuat
sewenang-wenang di
muka bumi dan
menjadikan penduduknya
berpecah belah dengan
menindas segolongan
dari mrk, menyembelih
anak lelaki mrk dan
membiarkan hidup anak-
anak perempuan
mereka. Sesungguhnya
Fir'aun termasuk orang-
orang yang berbuat
kerusakan.5.~ Dan Kami
hendak memberi kurnia
kepada orang-orang
yang tertindas di bumi
{Mesir} itu dan hendak
menjadi mrk pemimpin
dan menjadikan mrk
orang-orang yang
mewarisi {bumi}.6.~ Dan
Kami akan teguhkan
kedudukan mrk di muka
bumi dan akan Kami
perlihatkan kepada
Fir'aun dan Haman
berserta tenteranya apa
yang selalu mereka
khuatirkan dari mereka
itu.7.~ Dan Kami
ilhamkan kepada ibu
Musa,"susukanlah dia,
dan apabila kamu
khuatir terhadapnya,
maka jatuhkan dia ke
dalam sungai {Nil}. Dan
janganlah kamu khuatir
dan janganlah pula
bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya
kepadamu, dan
menjadikannya {salah
seorang} dari para
rasul.8.~ Maka pungutlah
ia oleh keluarga Fir'aun
yang akibatnya ia
menjadi musuh dan
kesedihan bagi mereka.
Sesungguhnya Fir'aun
dan Haman berserta
tenteranya adalah
orang-orang yang
bersalah.9.~ Dan
berkatalah isteri Fir'aun:
"Ia {Musa} biji mata
bagiku dan bagimu.
Janganlah kamu
membunuhnya, mudah-
mudahan ia bermanfaat
kepada kita atau kita
ambil ia menjadi anak,"
sedang mrk tiada
menyedari.10.~ Dan
menjadi kekosongan hait
ibu Musa, seandainya
Kami tidak teguhkan
hatinya, spy ia termasuk
orang-orang yang
percaya {kepada janji
Allah}.11.~ Dan
berkatalah ibu Musa
kepada saudara Musa
yang perempuan:
"Ikutilah dia". Maka
kelihatan olehnya Musa
dari jauh, sedang mereka
tidak
mengetahuinya.12.~ Dan
Kami cegah Musa dari
menyusu kepada
perempuan-perempuan
yang nahu
menyusukannya sebelum
itu, maka berkatalah
saudara Musa: "Mahukah
kamu aku tunjukkan
kepada kamu ahlul-bait
yang akan
memeliharakannya
utkmu dan mrk dpt
berlaku baik
kepadanya?"13.~ Maka
Kami kembalikan Musa
kepada ibunya supaya
senang hatinya dan tidak
berduka cita dan supaya
ia mengetahui bahwa
janji Allah itu adalah
benar, tetapi manusia
kebanyakan tidak
mengetahuinya." { Al-
Qashash : 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke
istana oleh ibunya
setelah disusui, Musa
hidup sebagai slah
seorang drp keluarga
kerajaan hingga
mencapai usia
dewasanya, dimana ia
memperolehi asuhan dan
pendidikan sesuai
dengan tradisi istana.
Allah mengurniakannya
hikmah dan pengetahuan
sebagai persiapan tugas
kenabian dan risalah
yang diwahyukan
kepadanya. Di samping
kesempurnaan dan
kekuatan rohani, ia
dikurniai oleh Allah
kesempurnaan tubuh dan
kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan
sedar bahwa ia hanya
seorang anak pungut di
istana dan tidak setitik
darah Fir'aun pun
mengalir di dalam
tubuhnya dan bahwa ia
adalah keturunan Bani
Isra'il tg ditindas dan
diperlakukan sewenang-
wenangnya oleh kaum
Fir'aun. Karenanya ia
berjanji kepada dirinya
akan menjadi pembela
kepada kamunya yang
tertindas dan menjadi
pelindung bagi golongan
yang lemah yang menjadi
sasaran kezaliman dan
keganasan para
penguasa. Demikianlah
maka terdorong oleh
rasa setia kawannya
kepada orang-orang
yang madhlum dan
teraniaya, terjadilah
suatu peristiwa yang
menyebabkan ia
terpaksa meninggalkan
istana dan keluar dari
Mesir.
Peristiwa itu terjadi
ketika Musa sedang
berjalan-jalan di sebuah
lorong di waktu
tengahari di mana
keadaan kota sunyi sepi
ketika penduduknya
sedang tidur siang, Ia
melihat kedua berkelahi
seorang dari golongan
Bani Isra'il bernama
Samiri dan seorang lagi
dari kaum Fir'aun
bernama Fa'tun. Musa
yang mendengar
teriakan Samiri
mengharapkan akan
pertolongannya terhadap
musuhnya yang lebih
kuat dan lenih besar itu,
segera melontarkan
pukulan dan
tumbukannya kepada
Fatun yang seketika itu
jatuh rebah an
menghembuskan
nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat
Fatun, orang Fir'aun itu
mati karena
tumbukannya yang tidak
disengajakan dn tidak
akan mengharapkan
membunuhnya. Ia merasa
berdoa dan beristighfar
kepada Allah memohon
ampun diatas
perbuatannya yang tidak
sengaja, telah melayang
nyawa salah seorang drp
hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun
menjadi perbualan ramai
dan menarik para
penguasa kerajaan yang
menduga bahwa pasti
orang-orang Isra'illah
yang melakukan
perbunuhan itu. Mereka
menuntut agar
pelakunya diberi
hukuman yang berat ,
bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan
keamanan negara di
hantarkan ke seluruh
pelusuk kota mencari
jejak orang yang telah
membunuh Fatun, yang
sebenarnya hanya
diketahui oleh Samiri dan
Musa shj. akan tetapi,
walaupun tidak orang
ketiga yang menyaksikan
peristiwa itu, Musa
merasa cemas dan takut
dan berada dalam
keadaan bersedia
menghadapi akibat
perbuatannya itu bila
sampai tercium oleh
pihak penguasa.
Alangkah malangnya
nasib Musa yang sudah
cukup berhati-hati
menghindari
kemungkinan
terbongkarnya rahsia
pembunuhan yang ia
lakukan tatkala ia
terjebat lagi tanpa
disengajakan dalam
suatu perbuatan yang
menyebabkan namanya
disebut-sebut sebagai
pembunuh yang dicari.
Musa bertemu lagi
dengan Samiri yang telah
ditolongnya melawan
Fatun, juga dalam
keadaan berkelahi untuk
kali keduanya dengan
salah seorang dari kaum
Fir'aun. Melihat Musa
berteriaklah Samiri
meminta
pertolongannya. Musa
menghampiri mereka
yang sedang berkelahi
seraya berkata menegur
Samiri: " Sesungguhnya
engkau adalah seorang
yang telah sesat."
Samiri menyangkal
bahwa Musa akan
membunuhnya ketika ia
mendekatinya, lalu
berteriaklah Samiri
berkata: "Apakah
engkau hendak
membunuhku
sebagaimana engkau
telah membunuh seorang
kelmarin? Rupanya
engkau hendak menjadi
seorang yang sewenang-
wenang di negeri ini dan
bukan orang yang
mengadilkan
kedamaian".
Kata-kata Samiri itu
segera tertangkap
orang-orang Fir'aun,
yang dengan cepat
memberitahukannya
kepada para penguasa
yang memang sedang
mencari jejaknya. Maka
berundinglah para
pembesar dan penguasa
Mesir, yang akhirnya
memutuskan untuk
menangkap Musa dan
membunuhnya sebagai
balasan terhadap
matinya seorang dari
kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang
Fir'aun mengatur
rancangan penangkapan
Musa, seorang lelaki slah
satu daripada
sahabatnya datang dari
hujung kota
memberitahukan
kepadanya dan
menasihatkan agar
segera meninggalkan
Mesir, karena para
penguasa Mesir telah
memutuskan untuk
membunuhnya apabila ia
ditangkap. lalu keluarlah
Musa terburu-buru
meninggalkan Mesir,
ssebelum anggota polis
sempat menutup serta
menyekat pintu-pintu
gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, ada
terdapat dalam al-Quran
yang boleh di baca di
dalam surah "Al-
Qashshas" ayat 14
sehingga ayat 21
sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa
cukup umur dan
sempurna akalnya, Kami
berikannya hikmah dan
pengetahuan. Dan
demikianlah Kami
memberi balasan kepada
orang-orang yang
berbuat baik.15.~ Dan
Musa masuk ke kota
{Memphis} ketika
penduduknya sedang
tidur, maka didapatinya
di dalam kota itu dua
orang lelaki sedang
bergaduh, yang
seorangnya dari
golongannya {Bani Isra'il}
dan seorang lagi dari
musuhnya {Kaum Fir'aun}
. Maka orang dari
golongannya meminta
pertolongan kepadanya
untuk mengalahkan
orang dari musuhnya,
lalu Musa menumbuknya
dan matilah musuhnya
itu. Musa berkta; "Ini
adalah perbuatan
syaitan, sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh
yang menyesatkan lagi
nyata {permusuhannya}
.16.~ Musa berdoa: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya
aku telah menganiaya
diriku sendiri, karena itu
ampunilah aku". Maka
Allah mengampuninya,
sesungguhnya Allah
Dialah Yang Maha
Pengampun dan Maha
Penyayang.17.~ Musa
berkata : "Ya Tuhanku
demi nikmat Engkau
anugerahkan kepadaku,
aku sesekali tiada akan
menjadi penolong bagi
orang-orang yang
berdosa".18.~ Karena itu
jadilah Musa di kota itu
merasa takut menunggu
dengan khuatir {akibat
perbuatannya} maka
tiba-tiba orang yang
meminta pertolongannya
kelmarin berteriak
meminta pertolongan
kepadanya. Musa
berkata kepadanya:
"Sesungguhnya kamu
benar-benar orang yang
sesat, yang nyata
{kesesatannya}.19.~
Maka tatkala Musa
hendak memegang
dengan kuat orang yang
menjadi musuh
keduanya, berkata
{seorang drp mereka}:
"Hai Musa apakah
engkau bermaksud
hendak membunuhku,
sebagaimana kamu
kelmarin telah
membunuh seorang
manusia? Kamu tidak
bermaksud melainkan
hendak menjadi orang
yang berbuat sewenang-
wenang di negeri {ini},
dan tiadalah kamu
bermaksud menjadi salah
seorang dari orang yang
mengadakan
perdamaian".20.~ Dan
datanglah seorang laki-
laki dari hujung kota
bergegas-gegas, seraya
berkata: "Hai Musa,
sesungguhnya pembesar
negeri sedang berunding
tentangmu, untuk
membunuhmu oleh itu
keluarlah {dari kota ini}.
Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang
yang memberi nasihat
kepadamu.21.~ Mak
keluarlah Musa dari kota
ini dengan rasa takut
menunggu-nunggu
dengan khuatir. Dia
berdoa: "Ya Tuhanku
selamatkanlah dari
orang-orang yang zalim
itu." { Al-Qashash : 14 ~
21 }
Musa bertemu Jodoh di
kota Madyan
Dengan berdoa kepada
Allah: "Ya Tuhanku
selamatkanlah aku dari
segala tipu daya orang-
orang yang zalim"
keluarlah Nabi Musa dari
kota Mesir seorang diri,
tiada pembantu selain
inayahnya Allah tiada
kawan selain cahaya
Allah dan tiada bekal
kecuali bekal iman dan
takwa kepada Allah.
Penghibur satu-satunya
bagi hatinya yang sedih
karena meninggalkan
tanahi airnya ialah
bahwa ia telah
diselamatkan oleh Allah
dari buruan kaum fir'aun
yang ganas dan kejam
itu.
Setelah menjalani
perjalanan selama lapan
hari lapan malam dengan
berkaki ayam {tidak
berkasut} sampai
terkupas kedua kulit
tapak kakinya, tibalah
Musa di kota Madyan
yaitu kota Nabi Syu'aib
yang terletak di timur
jazirah Sinai dan teluk
Aqabah di selatan
Palestin.
Nabi Musa beristirehat di
bawah sebuah pokok
yang rendang bagi
menghilangkan rasa
letihnya karena
perjalanan yang jauh,
berdiam seorang diri
karena nasibnya sebagai
salah seorang bekas
anggota istana kerajaan
yang menjadi seorang
pelarian dan buruan. Ia
tidak tahu ke mana ia
harus pergi dan kepada
siapa ia harus bertamu,
di tempat di mana ia
tidak mengenal dan
dikenal orang, tiada
sahabat dan saudara.
Dalam keadaan demikian
terlihatlah olehnya
sekumpulan
penggembala berdesak-
desak mengelilingi
sebuah sumber air bagi
memberi minum
ternakannya masing-
masing, sedang tidak
jauh dari tempat sumber
air itu berdiri dua orang
gadis yang menantikan
giliran untuk memberi
minuman kepada
ternakannya, jika para
penggembala lelaki itu
sudah selesai dengan
tugasnya.
Musa merasa kasihan
melihat kepada dua
orang gadis itu yang
sedang menanti lalu
dihampirinya dan
ditanya : "Gerangan
apakah yang kamu
tunggu di sini?" Kedua
gadis itu menjawab:
"Kami hendak
mengambil air dan
memberi minum
ternakan kami namun
kami tidak dapat
berdesak dengan lelaki
yang masih berada di
situ. Kami menunggu
sehingga mereka selesai
memberi minum
ternakan mereka. Kami
harus lakukan sendiri
pekerjaan ini karena
ayah kami sudah lanjut
usianya dan tidak dapat
berdiri, jangan lagi
datang ke mari". Lalu
tanpa mengucapkan
sepatah kata dua pun
diambilkannyalah timba
kedua gadis itu oleh
Musa dan sejurus
kemudian
dikembalikannya kepada
mrk setelah terisi air
penuh sedang sekeliling
sumber air itu masih
padat di keliling para
pengembala.
Setibanya kedua gadis
itu di rumah berceritalah
keduanya kepada ayah
mrk tentang
pengalamannya dengan
Nabi Musa yang karena
pertolongannya
yangbtidak diminta itu
mrk dapat lebih cepat
kembali ke rumah drp
biasa. Ayah kedua gadis
yang bernama Syu'aib itu
tertarik dengan cerita
kedua puterinya. Ia ingin
berkenalan dengan
orang yang baik hati itu
yang telah memberi
pertolongan tanpa
diminta kepada kedua
puterinya dan sekaligus
menytakan terimakasih
kepadanya. Ia menyuruh
salah seorang dari
puterinya itu pergi
memanggilkan Musa dan
mengundangnya datang
ke rumah.
Dengan malu-malu
pergilah puteri Syu'aib
menemui Musa yang
masih berada di bawah
pohon yang masih
melamun. Dalam
keadaan letih dan lapar
Musa berdoa: "Ya
Tuhanku aku sangat
memerlukan belas
kasihmu dan
memerlukan kebaikan
sedikit brg makanan
yang Engkau turunkan
kepadaku."
Berkatalah gadis itu
kepada Musa memotong
lamunannya: "Ayahku
mengharapkan
kedatanganmu ke rumah
untuk berkenalan
dengan engkau serta
memberi engkau sekadar
upah atas jasamu
menolong kami
mendapatkan air bagi
kami dan ternakan
kami."
Musa sebagai perantau
yang masih asing di
negeri itu, tiada
mengenal dan dikenali
orang tanpa berfikir
panjang menerima
undangan gadis itu
dengan senang hati. Ia
lalu mengikuti gadis itu
dari belakang menuju ke
rumah ayahnya yang
bersedia menerimanya
dengan penuh ramah-
tamah, hormat dan
mengucapkan
terimakasihnya.
Dalam berbincang-
bincang dab bercakap-
cakap dengan Syu'aib
ayah kedua gadis yang
sudah lanjut usianya itu
Musa mengisahkan
kepadanya peristiwa
yang terjadi pd dirinya di
Mesri sehingga terpaksa
ia melarikan diri dan
keluar meninggalkan
tanah airnya bagi
mengelakkan hukuman
penyembelihan yang
telah direncanakan oleh
kaum Fir'aun terhadap
dirinya.
Berkata Syu'aib setelah
mendengar kisah
tamunya: "Engkau telah
lepas dari pengejaran
dari orang-orang yang
zalim dan ganas itu
adalah berkat rahmat
Tuhan dan pertolongan-
Nya. Dan engkau sudah
berada di sebuah tempat
yang aman di rumah
kami ini, di man engkau
akan tinggallah dengan
tenang dan tenteram
selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-
hari selama ia tinggal di
rumah Syu'aib sebagai
tamu yang dihormati dan
disegani Musa telah
dapat menawan hati
keluarga tuan rumah
yang merasa kagum akan
keberaniannya,
kecerdasannya,
kekuatan jasmaninya,
perilakunya yang lemah
lembut, budi perkertinya
yang halus serta
akhlaknya yang luhur.
Hal mana telah
menimbulkan idea di
dalam hati salah seorang
dari kedua puteri Syu'aib
untuk mempekerjakan
Musa sebagai pembantu
mereka. Berkatalah
gadis itu kepada
ayahnya: "wahai ayah!
Ajaklah Musa sebagai
pembantu kami
menguruskan urusan
rumahtangga dan
penternakan kami. Ia
adalah seorang yang
kuat badannya, luhur
budi perkertinya, baik
hatinya dan boleh
dipercayai."
Saranan gadis itu
disepakati dan diterima
baik oleh ayahnya yang
memang sudah menjadi
pemikirannya sejak Musa
tinggal bersamanya di
rumah, menunjukkan
sikap bergaul yang manis
perilaku yang hormat
dab sopan serta tangan
yang ringan suka
bekerja, suka menolong
tanpa diminta.
Diajaklah Musa
berunding oleh Syu'aib
dan berkatalah
kepadanya: "Wahai
Musa! Tertarik oleh
sikapmu yang manis dan
cara pergaulanmu yang
sopan serta akhlak dan
budi perkertimu yang
luhur, selama engkau
berada di rumah ini kami
dan mengingat akan
usiaku yang makin hari
makin lanjut, maka aku
ingin sekali
mengambilmu sebagai
menantu, mengahwinkan
engkau dengan salah
seorang dari kedua
gadisku ini. Jika engkau
dengan senang hati
menerima tawaranku ini,
maka sebagai
maskahwinnya, aku
minta engkau bekerja
sebagai pembantu kami
selama lapan tahun
menguruskan
penternakan kami dan
soal-soal rumahtangga
yang memerlukan
tenagamu. Dan aku
sangat berterima kasih
kepada mu bila engkau
secara suka rela mahu
menambah dua tahun di
atas lapan tahun yang
menjadi syarat mutlak
itu."
Nabi Musa sebagai
buruan yang lari dari
tanah tumpah darahnya
dan berada di negeri
orang sebagai perantau,
tada sanak saudara,
tiada sahabat telah
menerima tawaran
Syu'aib iut sebagai
kurniaan dari Tuhan yang
akan mengisi
kekosongan hidupnya
selaku seorang bujang
yang memerlukan teman
hidup untuk
menyekutunya
menanggung beban
penghidupan dengan
segala duka dan
dukanya. Ia segera tanpa
berfikir panjang berkata
kepada Syu'aib: "Aku
merasa sgt bahagia,
bahwa pakcik berkenan
menerimaku sebagai
menantu, semuga aku
tidak menghampakan
harapan pakcik yang
telah berjasa kepada
diriku sebagai tamu yang
diterima dengan penuh
hormat dan ramah
tamah, kemudian
dijadikannya sebagai
menantu, suami kepada
anak puterinya. Syarat
kerja yang pakcik
kemukakan sebagai
maskahwin, aku setujui
dengan penuh
tanggungjawab dab
dengan senang hati."
Setelah masa lapan
tahun bekerja sebagai
pembantu Syu'aib
ditambah dengan suka
rela dilampaui oleh
Musa, dikahwinkanlah ia
dengan puterinya yang
bernama Shafura. Dan
sebagai hadiah
perkahwinan
diberinyalah pasangan
penganti baru itu oleh
Syu'aib beberapa ekor
kambing untuk dijadikan
modal pertama bagi
hidupnya yang baru
sebagai suami-isteri.
Pemberian beberpa ekor
kambing itu juga
merupakan tanda
terimaksih Syu'aib
kepada Musa yang
selama ini di bawah
pengurusannya,
penternakan Syu'aib
menjadi berkembang
biak dengan cepatnya
dan memberi hasil serta
keuntungan yang
berlipat ganda.
Bacalah tentang isi
cerita yang terurai ini di
dalm ayat 22 sehingga
ayat 28, surah "Al-
Qashash" juz 20 yang
berbunyi sebagai
berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia
menghadap ke negeri
Madyan, ia berdoa {lagi}:
"Mudah-mudahan
Tuhanku menimpaiku ke
jalan yang benar."23.~
Dan tatkala ia sampai di
sumber air di negeri
Madyan, ia menjumpai di
sana sekumpulan orang
yang sedang memberi
minum {ternakannya}
dan ia menjumpai di
belakang orang ramai
itu, dua orang wanita
yang sedang
menghambat
ternakannya. Musa
berkata: "Apakah
maksudmu {dengan
berbuat begitu}?" Kedua
wanita itu menjawab:
"Kami tidak dapat
meminumkan {ternakan
kami} sebelum
pengembala-pengembala
itu memulangkan
{ternakkannya} sedang
bapa kami orang tua
yang telah lanjut
umurnya."24.~ Maka
Musa memberi minum
ternakan itu {utk
menolong} keduanya,
kemudian kembali ke
tempat yang teduh, lalu
berdoa: " Ya Tuhanku!
Sesungguhnya aku
memerlukan sesuatu
kebaikan yang Engkau
turunkan kepadaku."25.~
Kemudian datanglah
kepada Musa salah
seorang daripada kedua
wanita itu dengan malu-
malu ia berkata:
"Sesungguhnya bapaku
memanggilmu agar ia
memberi pembalasan
{kebaikanmu} memberi
minum {ternakan} kami."
Maka tatkala Musa
mendatangi bapanya
{Syu'aib} dan
menceritakan kepadanya
cerita {mengenai dirinya}
. Syu'aib berkata:
"Janganlah kamu takut,
kamu telah selamat dari
orang-orang yang zalim
itu."26.~ Salah seorang
dari kedua wanita itu
berkata: "Ya bapaku,
ambil ia sebagai orang
yang bekerja {dengan
kita}. karena
sesungguhnya orang
yang paling baik yang
kamu ambil untuk
bekerja {dengan kita}
ialah orang yang kuat
lagi dpt dipercayai."27.~
Berkatalah dia {Syu'aib}:
" Sesungguhnya aku
bermaksud menikahkan
kamu dengan salah
seorang dari kedua
anakku ini, atas dasar
bahwa kamu bekerja
denganku lapan tahun
dan jika kamu cukupkan
sepuluh tahun itu adalah
dari kemahuanmu, maka
aku tidak mahu
memberati kamu. Dan
kamu insya-Allah kelak
akan mendapatiku
termasuk orang-orang
yang baik."28.~ Dia
berkata: "Itulah
{perjanjian} antara aku
dan kamu, mana saja
dari kedua waktu yang
ditentukan itu aku
sempurnakan, maka
tidak ada tuntutan
tambahan atas diriku
{lagi}. Dan Allah adalah
saksi atas apa yang kita
ucapkan." { Al-Qashash :
22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke
Mesir dan menerima
Wahyu
Sepuluh tahun lebih
Musa meninggalkan
Mesir tanah airnya, sejak
ia melarikan diri dari
buruan kaum Fir'aun.
Suatu waktu yang cukup
lama bagi seseorang dpt
bertahan menyimpan
rasa rindunya kepada
tanah air, tempat
tumpah darahnya ,
walaupun ia tidak pernah
merasakan kebahagiaan
hidup di dalam tanah
airnya sendiri. Apa lagi
seorang seperti Musa
yang mempunyai kenang-
kenangan hidup yang
seronok dan indah
selama ia berada di
tanah airnya sendiri
selaku seorang dari
keluarga kerajaan yang
megah dan mewah, maka
wajarlah bila ia
merindukan Mesir tanah
tumpah darahnya dan
ingin pulang kembali
setelah ia beristerikan
Shafura, puteri Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa
berserta isterinya
mengemaskan barang
dan menyediakan
kenderaan lalu meminta
diri dari orang tuanya
dan bertolaklah menuju
ke selatan menghindari
jalan umum supaya tidak
diketahui oleh orang-
orang Fir'aun yang masih
mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina"
tersesatlah Musa
kehilangan pedoman dan
bingung manakah yang
harus ia tempuh. Dalam
keadaan demikian
terlihatlah oleh dia sinar
api yang nyala-nyala di
atas lereng sebuah bukit.
Ia berhenti lalu lari ke
jurusan api itu seraya
berkata kepada
isterinya: "Tinggallah
kamu disini menantiku.
Aku pergi melihat api
yang menyala di atas
bukit itu dan segera aku
kembali. Mudah-
mudahan aku dapat
membawa satu berita
kepadamu dari tempat
api itu atau setidak-
tidaknya membawa
sesuluh api bagi
menghangatkan
badanmu yang sedang
menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke
tempat api itu terdengar
oleh dia suara seruan
kepadanya datang dari
sebatang pohon kayu di
pinggir lembah yang
sebelah kanannya pada
tempat yang diberkahi
Allah. Suara seruan yang
didengar oleh Musa itu
ialah: "Wahai Musa! Aku
ini adalah Tuhanmu,
maka tanggalkanlah
kedua terompahmu.
Sesungguhnya kamu
berada di lembah yang
suci Thuwa. Dan aku
telah memilih kamu,
maka dengarkanlah apa
yang akan diwahyukan
kepadamu.
Sesungguhnya aku ini
adalah Allah tiada Tuhan
selain Aku, maka
sembahlah Aku dan
dirikanlah solat untuk
mengingat akan Aku."
Itulah wahyu yang
pertama yang diterima
langsung oleh Nabi Musa
sebagai tanda
kenabiannya, di mana ia
telah dinyatakan oleh
Allah sebagai rasul dan
nabi-Nya yang dipilih
Nabi Musa dalam
kesempatan bercakap
langsung dengan allah di
atas bukit Thur Sina itu
telah diberi bekal oleh
Allah yang Maha Kuasa
dua jenis mukjizat
sebagai persiapan untuk
menghadap kaum Fir'aun
yang sombong dan zalim
itu.
Bertanyalah Allah
kepada Musa: "Apakah
itu yang engkau pegang
dengan tangan kananmu
hai Musa!" Suatu
pertanyaan yang
mengadungi erti yang
lebih dalam dari apa
yang sepintas lalu dapat
ditangkap oleh Nabi
Musa dengan
jawapannya yang
sederhana. "Ini adalah
tongkatku, aku
bertelekan pdnya dan
aku pukul daun
dengannya untuk
makanan kambingku.
Selain itu aku dapat pula
menggunakan tongkatku
untuk keperluan-
keperluan lain yang
penting bagiku."
Maksud dan erti dari
pertanyaan Allah yang
nampak sederhana itu
baru dimegertikan dan
diselami oleh Musa
setelah Allah
memerintahkan
kepadanya agar
meletakkan tongkat itu
di atas tanah, lalu
menjelmalah menjadi
seekor ular besar yang
merayap dengan cepat
sehingga menjadikan
Musa lari ketakutan.
Allah berseru kepadanya:
"Peganglah ular itu dan
jangan takut. Kami akan
mengembalikannya
kepada keadaan asal."
Maka begitu ular yang
sedang merayap itu
ditangkap dan dipegang
oleh Musa, ia segera
kembali menjadi tongkat
yang ia terima dari
Syu'aib, mertuanya
ketika ia bertolak dari
Madyan.
Sebagai mukjizat yang
kedua, Allah
memerintahkan kepada
Musa agar mengepitkan
tangannya ke ketiaknya
yang nyata setelah
dilakukannya perintah
itu, tangannya menjadi
putih cemerlang tanpa
cacat atau penyakit.
Bacalah tentang isi
cerita di atas dalam
surah "Thaahaa" ayat 9
sehingga 23 juz 16
sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai
kepadamu kisah Musa?
10.~ Ketika itu melihat
api, lalu berkatalah ia
kepada keluarganya:
"Tinggallah kamu {di sini}
sesungguhnya aku
melihat api, mudah-
mudahan aku dapat
membawa sedikit
daripadanya kepadamu
atau aku akan mendapat
petunjuk di tempat api
itu." 11.~ Mak ketika ia
datang ke tempat api
itu, ia dipanggil: "Hai
Musa, 12.~ Sesungguhnya
Aku ini adalah Tuhanmu,
maka tanggalkanlah
kedua terompahmu,
sesungguhnya kamu
berada di lembah yang
suci Thuwa. 13.~ Dan aku
telah memilih kamu,
maka dengarkanlah apa
yang akan diwahyukan
{kepadamu}. 14.~
Sesungguhnya Aku ini
adalah Allah, tidak ada
Tuhan selain Aku, maka
sembahlah Aku dan
dirikanlah solat untuk
mengingati Aku. 15.~
Sesungguhnya hari
kiamat itu akan datang.
Aku merahsiakan
{waktunya} agar supaya
tiap-tiap diri itu dibalas
dengan apa yang
diusahakannya. 16.~
Maka sesekali janagnlah
kamu dipalingkan
daripadanya oleh orang
yang tidak beriman
kepadanya dan oleh
orang yang mengikuti
hawa nafsunya, yang
menyebabkan kamu
menjadi binasa." 17.~
Apakah itu yang
ditangan kananmu, hai
Musa?" 18.~ Berkata
Musa: "Ini adalah
tongkatku, aku
bertelekan padanya dan
aku memukul {daun}
dengannya untuk
kambingku dan bagiku
ada lagi keperluan yang
lain padanya." 19.~ Allah
berfirman:
"Lemparkanlah ia, hai
Musa!" 20.~ Lalu
dilemparkanlah tongkat
itu, maka tiba-tiba ia
menjadi seekor ular yang
merayap dengan cepat.
21.~ Allah berfirman:
"Peganglah ia dan jangan
takut. Kami akan
mengembalikannya
kepada keadaan
asalnya." 22.~ Dan
kepitkanlah tanganmu di
ketiakmu, nescaya ia
keluar menjadi putih
cemerlang tanpa cacat,
sebagai mukjizat yang
lain {pula}. 23.~ untuk
Kami perlihatkan
kepadamu sebahagian
dari tanda-tanda
kekuasaan Kami yang
sangat
besar." {Thaahaa : 9 ~
23 }
Musa diperintahkan
berdakwah kepada
Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah
berkuasa di Mesir telah
lama menjalankan
pemerintahan yang
zalim, kejam dan ganas.
Rakyatnya yang terdiri
dari bangsa Egypt yang
merupakan penduduk
peribumi dan bangsa
Isra'il yang merupakan
golongan pendatang,
hidup dalam suasana
penindasan, tidak
merasa aman bagi nyawa
dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-
wenang dan pihak
penguasa pemerintahan
terutamanya ditujukan
kepada Bani Isra'il yang
tidak diberinya
kesempatan hidup
tenang dan tenteram.
Mereka dikenakan kerja
paksa dan diharuskan
membayar berbagai
pungutan yang tidak
dikenakan terhadap
penduduk bangsa Egypt,
bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman,
kekejaman, penindasan
dan pemerasan yang
ditimpakan oleh Fir'aun
atas rakyatnya,
terutama kaum Bani
Isra'il. ia menyatakan
dirinya sebagai tuhan
yang harus disembah dan
dipuja. Dan dengan
demikian ia makin jauh
membawa rakyatnya ke
jalan yang sesat tanpa
pendoman tauhid dan
iman, sehingga makin
dalamlah mereka
terjerumus ke lembah
kemaksiatan dan
kerusakan moral dan
akhlak.
Maka dalam kesempatan
bercakap-cakap langsung
di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa
oleh Allah untuk pergi ke
Fir'aun sebagai Rasul-
Nya, mengajakkan
beriman kepada Allah,
menyedarkan dirinya
bahwa ia adalah makhluk
Allah sebagaimana lain-
lain rakyatnya, yang
tidak sepatutnya
menuntut orang
menyembahnya sebagi
tuhan dan bahawa Tuhan
yang wajib disembah
olehnya dan oleh semua
manusia adalah Tuhan
Yang Maha Esa yang
telah menciptakan alam
semesta ini.
Nabi Musa dalam
perjalanannya menuju
kota Mesir setelah
meninggalkan Madyan,
selalu dibayang oleh
ketakutan kalau-kalua
peristiwa pembunuhan
yang telah dilakukan
sepuluh tahun yang lalu
itu, belum terlupakan
dan masih belum hilang
dari ingatan para
pembesar kerajaan
Fir'aun. Ia tidak
mengabaikan
kemungkinan bahwa mrk
akan melakukan
pembalasan terhadap
perbuatan yang ia tidak
sengaja itu dengan
hukuman pembunuhan
atas dirinya bila ia sudah
berada di tengah-tengah
mereka. Ia hanya
terdorong rasa rindunya
yang sangat kepada
tanah tumpah darahnya
dengan memberanikan
diri kembali ke Mesir
tanpa memperdulikan
akibat yang mungkin
akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak
dari Madyan dan selama
perjalannya ke Thur Sina.
Nabi Musa dibayangi
dengan rasa takut akan
pembalasan Fir'aun,
Maka dengan perintah
Allah yang berfirman
maksudnya :~
"Pergilah engkau ke
Fir'aun, sesungguhnya ia
telah melampaui batas,
segala bayangan itu
dilempar jauh-jauh dari
fikirannya dan bertekad
akan melaksanakan
perintah Allah
menghadapi Fir'aun apa
pun akan terjadi pada
dirinya. Hanya untuk
menenterankan hatinya
berucaplah Musa kepada
Allah: "Aku telah
membunuh seorang drp
mereka , maka aku
khuatir mereka akan
membalas membunuhku,
berikanlah seorang
pembantu dari
keluargaku sendiri, yaitu
saudaraku Harun untuk
menyertaiku dalam
melakukan tugasku
meneguhkan hatiku dan
menguatkan tekadku
menghadapi orang-orang
kafir itu apalagi Harun
saudaraku itu lebih
petah {lancar} lidahnya
dan lebih cekap daripada
diriku untuk berdebat
dan bermujadalah."
Allah berkenan
mengabulkan
permohonan Musa, maka
digerakkanlah hati
Harun yang ketika itu
masih berada di Mesir
untuk pergi menemui
Musa mendampinginya
dan bersama-sama
pergilah mereka ke
istana Fir'aun dengan
diiringi firman Allah:
"Janganlah kamu berdua
takut dan khuatir akan
disiksa oleh Fir'aun. Aku
menyertai kamu berdua
dan Aku mendengar
serta melihat dan
mengetaui apa yang
akan terjadi antara
kamu dan Fir'aun.
Berdakwahlah kamu
kepadanya dengan kata-
kata yang lemah lembut
sedarkanlah ia dengan
kesesatannya dan
ajaklah ia beriman dan
bertauhid, meninggalkan
kezalimannya dan
kecongkakannya kalau-
kalau dengan sikap yang
lemah lembut daripada
kamu berdua ia akan
ingat pada kesesatan
dirinya dan takut akan
akibat kesombongan dan
kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi
cerita di atas di dalam
ayat 33 sehingga ayat 35
surah "Al-Qashash" dan
ayat 42 sehingga ayat 47
surah "Thaha" sebagai
berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya
aku telah membunuh
seseorang manusia dari
golongan mereka, maka
aku takut mereka akan
membunuhku, 34.~ dan
saudaraku Harun dia
lebih petah lidahnya
drpku, maka utuslah dia
bersamaku sebagai
pembantu untuk
membenarkan
{perkataan} ku
sesungguhnya aku
khuatir mereka akan
mendustakan aku." 35.~
Allah berfirman: "Kami
akan membantumu
dengan saudaramu dan
Kami berikan kepadamu
kekuasaan yang besar,
maka mereka tidak
dapat mencapaimu
{berangkat kami berdua}
dengan membawa
mukjizat Kami, kamu
berdua dan orang yang
mengikuti kamulah yang
akan menang." { Al-
Qashash : 33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu
berserta saudara kamu
dengan membawa ayat-
ayat-Ku dan janganlah
kamu berdua lalai dalam
memngingat-Ku. 43.~
Pergilah kamu berdua
kepada Fir'aun,
sesungguhnya dia telah
melewati batas. 44.~
maka berbicaralah kamu
berdua kepadanya
dengan kata-kata yang
lemah lembut, mudah-
mudahan ia akan ingat
atau takut" 45.~
Berkatalah mereka
berdua: "Ya Tuhan kami
sesungguhnya kami
khuatir bahwa ia segera
menyeksa kami atau
akan bertambah
melewati batas 46.~ allah
berfirman: "Janganlah
kamu berdua khuatir,
sesungguhnya Aku
berserta kamu berdua,
Aku mendengar dan
melihat". 47.~ Maka
datanglah kamu berdua
kepadanya {Fir'aun} dan
katakanlah:
"Sesungguhnya kami
berdua adalah utusan
Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Isra'il
bersama kami dan
janganlah kamu
menyeksa mereka.
Sesungguhnya kami telah
datang kepadamu
dengan membawa bukti
{atas kerasulan kami}
dari Tuhanmu. Dan
keselamatan itu
dilimpahkan kepada
orang yang mengikuti
petunjuk." { Thaha : 42 ~
47 }
Mujadalah (dialog)
antara Musa dengan
Fir'aun
Diperolehi kesempatan
oleh Musa dan Harun,
menemui raja Fir'aun
yang menyatakan dirinya
sebagai tuhan itu,
setelah menempuh
beberapa rintangan yang
lazim dilampaui oleh
orang yang ingin
bertemu dengan raja pd
waktu itu. Pertemuan
Musa dan Harun dengan
Fir'aun dihadiri pula oleh
beberapa anggota
pemerintahan dan para
penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada
mereka berdua::
"Siapakah kamu berdua
ini?"
Musa menjawab: "Kami,
Musa dan Harun adalah
pesuruh Allah kepadamu
agar engkau
membebaskan Bani Isra'il
dari perhambaan dan
penindasanmu dan
menyerahkan meeka
kepada kami agar
menyebah kepada Allah
dengan leluasa dan
menghindari
seksaanmu."
Fir'aun yang segera
mengenal Musa berkata
kepadanya: "Bukankah
engkau adalah Musa
yang telah kami
mengasuhmu sejak masa
bayimu dan tinggal
bersama kami dalam
istana sampai mencapai
usia remajamu,
mendapat pendidikan
dan pengajaran yang
menjadikan engkau
pandai? Dan bukankah
engkau yang melakukan
pembunuhan terhadap
diriseorang drp golongan
kami? Sudahkah engkau
lupa itu semuanya dan
tidak ingat akan
kebaikan dan jasa kami
kepada kamu?"
Musa menjawab:
"Bahwasanya engkau
telah memeliharakan
aku sejak masa bayiku,
itu bukanlah suatu jasa
yang dapat engkau
banggakan. Karena
jatuhnya aku ke dalam
tangan mu adalah akibat
kekejaman dan
kezalimanmu tatkala
engkau memerintah agar
orang-orangmu
menyembelih setiap bayi-
bayi laki yang lahir,
sehingga ibu terpaksa
membiarkan aku
terapung di permukaan
sungai Nil di
dalamsebuah peti yang
kemudian dipungut oleh
isterimu dan selamatlah
aku dari penyembelihan
yang engkau
perintahkan. Sedang
mengenai pembunuhan
yang telah aku lakukan
itu adalah akibat godaan
syaitan yang
menyesatkan, namun
peristiwa itu akhirnya
merupakan suatu rahmat
dan barakah yang
terselubung bagiku.
Sebab dalam
perantauanku setelah
aku melarikan diri dari
negerimu, Allah
mengurniakan aku
dengan hikmah dan ilmu
serta mengutuskan aku
sebagai Rasul dan
pesuruh-Nya. Maka
dalam rangka tugasku
sebagai Rasul datanglah
aku kepadamu atas
perintah Allah untuk
mengajak engkau dan
kaummu menyembah
Allah dan meninggalkan
kezaliman dan
penindasanmu terhadap
Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya:
"Siapakah Tuhan yang
engkau sebut-sebut itu,
hai Musa? Adakah tuhan
di atas bumi ini selain
aku yang patut di
sembah dan dipuja?"
Musa menjawab: "Ya,
yaitu Tuhanmu dan
Tuhan nenek moyangmu
serta Tuhan seru
sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah
Tuhan seru sekali alam
itu?"
Musa menjawab: "Ialah
Tuhan langit dan bumi
dan segala apa yang ada
antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada
para penasihatnya dan
pembesar-pembesar
kerajaan yang berada
disekitarnya.
Sesungguhnya Rasul yang
diutuskan kepada kamu
ini adalah seorang yang
gila kemudia ia balik
bertanya kepada Musa
dan Harun: "Siapakah
Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan
kami ialah Tuhan yang
telah memberikan
kepada tiap-tiap
makhluk sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian
memberi petunjuk
kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka
bagaimanakah keadaan
umat-umat yang dahulu
yang tidak mempercayai
apa yang engkau ajarkan
ini dan malahan
menyembah berhala dan
patung-patung?"
Musa menjawab:
"Pengetahuan tentang
itu ada di sisi Tuhanku.
Jika Dia telah
menurunkan azab dan
seksanya di atas mereka
maka itu adalah karena
kecongkakan dan
kesombongan serta
keengganan mereka
kembali ke jalan yang
benar. Jika Dia menunda
azab dan seksa mereka
hingga hari kiamat,
maka itu adalah
kehendak-Nya yang
hikmahnya kami belum
mengetahuinya. Allah
telah mewahyukan
kepada kami bahwa azab
dan seksanya adalah
jalan yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak
berdaya menolak dalil-
dalil Nabi Musa yang
diucapkan secara tegas
dan berani merasa
tersinggung
kehormatannya sebagai
raja yang telah
mempertuhankan dirinya
lalu menujukan
amarahnya dan berkata
kepada Musa secara
mengancam: "Hai Musa!
jika engkau mengakui
tuhan selain aku, maka
pasti engkau akan
kumasukkan ke dalam
penjara."
Musa menjawab:
"Apakah engkau akan
memenjarakan aku
walaupun aku dapat
memberikan kepadamu
tanda-tanda yang
membuktikan kebenaran
dakwahku?"
Fir'aun menentang
dengan berkata:
"Datanglah tanda-tanda
dan bukti-bukti yang
nyata yang dapat
membuktikan kebenaran
kata-katamu jika engkau
benar-benar tiak
berdusta."
Dialog {mujadalah}
antara Musa dan Fir'aun
sebagaimana dihuraikan
di atas dpt dibaca dalam
surah "Asy-Syu'ara" ayat
18 hingga ayat 31 juz 19
sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata:
"Bukankah kami telah
mengasuhmu diantara
{keluarga} kami diwaktu
kamu masih kanak-kanak
dan kamu tinggal
diantara {keluarga} kami
beberapa tahun dari
umurmu. 19.~ dan kamu
telah berbuat sesuatu
perbuatan yang telah
kamu lakukan itu dan
kamu termasuk golongan
orang-orang yang tidak
membalas jasa." 20.~
Berkata Musa: "Aku
telah melakukannya
sedang aku diwaktu itu
termasuk orang-orang
yang khilaf. 21.~ Lalu aku
lari meninggalkan kamu
ketika aku takut kepada
kamu, kemudian
Tuhanku memberikan
kepadaku ilmu serta Dia
menjadikan aku salah
seorang diantara rasul-
rasul. 22.~ Budi yang
kamu limpahkan kepada
ku ini adalah
{disebabkan}
perhambaan darimu
terhadap Bani Isra'il."
23.~ Fir'aun bertanya:
"Apa Tuhan semesta
alam itu?"24.~ Musa
menjawab: "Tuhan
pencipta langit dan bumi
dan apa yang diantara
keduanya {itulah
Tuhanmu} jika kamu
sekalian {orang-orang}
mempercayainya". 25.~
Berkata Fir'aun kepada
orang-orang
sekelilingnya: "Apakah
kamu tidak
mendengarkan?". 26.~
Musa berkata: "Tuhan
kamu dan Tuhan nenek-
nenek moyang kamu
yang dahulu" 27.~ Fir'aun
berkata: "Sesungguhnya
Rasulmu yang diutuskan
kepada kamu sekalian
benar-benar orang gila".
28.~ Musa berkata:
"Tuhan yang menguasai
timur dan barat dan apa
yang ada di antara
keduanya {itulah
Tuhanmu} jika kamu
mempergunakan akal".
29.~ Fir'aun berkata:
"Sungguh jika kamu
menyenbah Tuhan selain
aku benar-benar aku
akan menjadikan kamu
salah seorang yang
dipenjarakan". 30.~ Musa
berkata: "Dan apakah
kamu {akan melakukan
itu} walaupun aku
tunjukkan kepadamu
sesuatu {keterangan}
yang nyata jika kamu
adlah termasuk orang-
orang yang benar." { Asy-
Syura : 18 ~ 31 }
Musa mempertunjukkan
dua mukjizat kepada
Fir'aun
Menjawab tentangan
Fir'aun yang menuntut
bukti atas kebenarannya
Musa dengan serta-
merta meletakkan
tongkat mukjizatnya di
atas yang segera
menjelma menjadi
seekor ular besar yang
melata menghala ke
Fir'aun. Karena
ketakutan melompat lari
dari singgahsananya
melarikan diri seraya
berseru kepada Musa: "
Hai Musa demi asuhanku
kepadamu selama
delapan belas tahun
panggillah kembali
ularmu itu." Kemudian
dipeganglah ular itu oleh
Musa dan kembali
menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada
Musa setelah hilang dari
rasa heran da